Penulis : Ari Basuki
“Ada hantu pocong bergentayangan di desa ini.” Begitu kabar yang tak jelas sumbernya itu beredar dari mulut ke mulut. Sebagian warga desa mempercayainya. Dampaknya terasa benar Begitu malam menjelang, suasana desa jadi sepi mencekam. Tak tampak orang melintas di jalanan. Pintu dan jendela terkunci rapat.
Konon sudah ada tiga orang yang mengaku melihat hantu itu. Pada suatu malam, terdengar suara ketukan di pintu rumah seorang warga. Ketika pintu dibuka, yang tampak adalah pocong, sesosok tubuh terbungkus kain kafan. Si pembuka pintu pun menjerit, dan sosok hantu itu menghilang di kegelapan. Akibat beredarnya kabar ini warga desa menjadi resah. Terutama wanita dan anak-anak. Begitu magrib tiba mereka tidak berani keluar rumah.
“Omong kosong! Aku tak percaya adanya hantu itu!” kata Darman – ketua pemuda.
“Tetapi sudah ada tiga orang yang melihatnya” sahut Sardi – pedagang ayam.
“Seandainya ada yang benar-benar melihat, aku yakin yang dia lihat bukan hantu beneran, tapi hantu-hantuan.”
“Apa maksudmu?”
“Ya, orang biasa yang menyamar sebagai hantu, dengan tujuan-tujuan tertentu.”
“Tujuan apa?”
“Itu yang harus kita selidiki. Bisa saja hantu pocong itu hanya bikinan pengembang untuk menakut-nakuti penduduk desa ini, karena ada sebagian warga desa yang tidak mengijinkan tanahnya dibeli oleh konglomerat untuk dijadikan lapangan golf.”
“Mungkinkah begitu? He Kusno, apa pendapatmu?” tanya Sardi kepada Kusno.
Kusno – mahasiswa yang sedang pulang ke desa selama liburan semester – menjawab: “Pendapat itu bisa benar bisa tidak. Bisa saja hantu itu tidak ada secara riil, namun hanya merupakan halusinasi. Sosok hantu pocong itu hanya merupakan visualisasi dari ketakutan-ketakutan yang tersembunyi. Tambahan pula, masyarakat kita gampang sekali mempercayai isu-isu yang belum pasti kebenarannya. Jadilah ketakutan itu merebak dan menular ke mana-mana.”
“Ah, sejak jadi mahasiswa bahasamu terasa sulit. Tapi benarkah hantu sebagai makhluk halus itu tidak ada?” Sardi penasaran.
“Aku sudah menghubungi Ketua RT agar kita mengadakan ronda malam lagi, setelah beberapa bulan kegiatan ronda terhenti” kata Darman.
Sementara itu isu adanya hantu pocong terus bergulir. Sebagian warga desa benar-benar mempercayainya dan tercekam ketakutan karenanya. Ada yang menyebar beras kuning – beras yang telah dicampur parutan kunyit – di sekeliling halaman rumahnya sebagai upaya menangkal hantu itu. Ada juga yang menempelkan rajah – kertas bertuliskan mantra – di atas pintu rumah, agar si hantu tidak berani mendekat. Begitulah saran dari paranormal yang mereka hubungi. Sebagian yang lain giat melantunkan ayat-ayat suci.
Suatu malam, desa itu gempar oleh berita: “Hantu pocong telah tertangkap. Sekarang dibawa ke balai desa.” Kabar itu cepat menyebar. Orang berbondong-bondong datang ke balai desa. Di balai desa, dalam keremangan cahaya lampu mereka melihat seorang wanita setengah umur mendekap segulung kain putih. Ia tampak kebingungan dan ketakutan, gaunnya lusuh, rambutnya kusut. Di sebelahnya tampak Darman, berdiri dengan pentungan kayu di tangan.
“Ibu dan Bapak sekalian, inilah hantu pocong yang meresahkan kita selama ini. Dia bukan makhluk halus, melainkan manusia biasa yang menyamar sebagai hantu” kata Darman kepada warga desa yang berkerumun.
“Apa buktinya dialah pelaku hantu pocong itu?” .
“Aku menangkapnya di tempat gelap. Ia bukan warga desa kita. Entah ia berasal dari daerah mana, ia tidak membawa KTP. Apa yang hendak dilakukan oleh orang ini, malam-malam berada di desa kita, dengan membawa segulung kain putih?”
“Betul. Tentu dia yang menjadi hantu pocong itu!” komentar salah seorang.
“Ya! Jelas!”
“Pukuli saja!”
“Gebuk!”
“Nah, kau dengar. Masyarakat sudah marah. Sekarang mengakulah. Siapa yang menyuruhmu menjadi hantu pocong?” gertak Darman kepada wanita tertuduh itu.
Wanita bergaun lusuh itu tak menjawab, tubuhnya gemetaran
Entah siapa yang memulai, tiba-tiba para lelaki bergerak maju memukul wanita itu. Mereka melampiaskan amarah yang lama terpendam dalam bawahsadar mereka. Amarah karena sudah dibuat takut, amarah terhadap nasib buruk mereka, kemiskinan mereka, ketakadilan yang mereka alami, dan amarah-amarah tersembunyi lainnya. Kini amarah itu menemukan sasarannya. Dengan wajah-wajah bengis mereka menghajar wanita itu.
“Stop! Berhenti! Apa yang kalian lakukan?” seru Haji Muksin yang baru saja tiba di tempat kejadian.
“Dialah hantu pocong yang meneror kita selama ini!” kata Darman.
“Tetapi siapapun dia, kita tidak boleh main hakim sendiri. Kita harus menyerahkannya kepada yang berwajib.”
Haji Muksin lantas membawa korban amuk massa itu ke rumah sakit menggunakan mobilnya. Kemudian ia bergegas melaporkan peristiwa itu ke polisi.
Keesokan paginya tersiar kabar: Menurut penyelidikan polisi, ternyata wanita yang dituduh menjadi hantu pocong itu adalah seorang gelandangan dan ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa). Wanita itu berasal dari kota lain. Sudah beberapa hari ia tersesat di desa itu.
Seminggu kemudian Haji Muksin mengadakan pengajian rutin di rumahnya. Yang hadir banyak sekali. Dalam pengajian itu antara lain ia berkata:” Demikianlah Ibu dan Bapak sekalian, kita tidak boleh sembarangan menuduh orang tanpa adanya bukti. Kita juga tidak boleh main hakim sendiri. Kasus hantu pocong di desa ini bisa menjadi pelajaran berharga. Mengapa kita begitu takut pada hantu? Pernahkah kita benar-benar melihat hantu? Mengapa kita gampang percaya? Mawas dirilah. Waspadalah. Jangan-jangan hantu itu berada di dalam diri kita sendiri.”
Para hadirin mendengarkan dengan penafsiran masing-masing. Di saat suasana hening itu tiba-tiba terdengar suara jerit seorang wanita: “Hantu! Hantu pocong!”
Itu suara isteri Sardi yang menjerit keras dari dalam rumahnya. Beberapa lelaki segera berlari ke arah asal suara. Mereka mendapati isteri Sardi terduduk di ruang tamu dengan wajah ketakutan. “Di luar ada hantu pocong!” katanya.
Tetapi orang-orang tak melihat sosok apapun. Di luar hanya kelam.
Istimewa, cerpen yg dapat memberi pencerahan dan sya pun jd ikut masuk di dalam cerpen ini. Penulis bsa memberi pesan yg sangat apik. Kalau boleh sya izin dg admin ingin bertemu dg sang penulis utk berbagi inspirasi cerpen dg beliau.. salam dari boyolali..
Terima kasih Bram, silakan
Hantu yg di dalam ternyata lebih mengerikan. Menohok pikiran kita yg dangkal. Sangat menggugah n tidak bertele2. Berkarya terus Sang Penulis. Sukses 🙏
Terima kasih Adya, semoga menginspirasi.
Tema yang menarik, disampaikan secara menarik pula. Memberi inspirasi namun tidak terasa menggurui
Thank’s Wiratmi
Pesan cerpen surealis dan absurd ini adalah isi batin yang berada dalam pikiran manusia yang subjektif lebih dahsyat dari perilaku nyata yang bisa dilihat orang secara objektif.
Terima kasih Mas Andi.
Isi pesan cerpen absurd dan surealis ini adalah gagasan yang ada dalam batin yang subjektif lebih dahsyat dari pada kenyataan yang bisa dilihat oleh semua orang secara objektif.
Cerpen ini sangat memikat dan mengandung pesan positif
Terima kasih Wiratmi
Mas Andi, terima kasih apresiasinya.
Mas Andi benar
Ceritanya menarik dan penuh pesan moral, semoga dapat menghasilkan karya-karya luar biasa selanjutnya,
Thank’s Satria
banyak pelajaran yg bisa dipetik dari tulisan ini, mengenai jgn menuduh orang , jgn main hakim sendiri, ketakutan terbesar adalah dari diri sendiri. plot twist di ending juga keren, membuat penasaran. good. Mantab
Dikau benar. Terima kasih Surya.
Ceritanya menarik. Penuh dengan pesan moral. Ditunggu karya luar biasa selanjutnya.
Terima kasih Satria, atas support-nya.
Alur cerita cerpen ini sangat menarik, mengungkap kejiwaan manusia yang komplek
Thank you Wiratmi
Penulis mengangkat isu sosial yang populer di masyarakat dengan sangat apik
Dengan plot twist yang menarik
Nizzie terima kasih
Penulis mengangkat isu sosial yang populer di masyarakat dengan sangat apik
Dibumbui dengan pemikiran penulis yang luar biasa jadi lebih menghidupkan cerpen ini
Sangat menarik
Yes, semoga menginspirasi
Cerpen yang menarik
Melihat hantu dengan sudut pandang yang berbeda
Terima kasih. Anda jeli.
Menegangkan tapi menghibur
Terima kasih Wiratmi
Pandangan tentang hantu yang tidak biasa. Memancing penafsiran baru. Sangat inspiratif
Anda benar STW, Smart.
Alur menarik dan solid, penokohan yang unik cerpen berkualiti
Thank you Fyz
Pemikiran hantu yang tidak konvensional. Memancing penafsiran baru
Anda cerdas. Terima kasih
TOP. Lanjut gagasan yang lain
Cerpen ini memang menyampaikan pemikiran tentang hantu yg tidak konvensional, agar memancing penafsiran baru, dan memperluas wawasan