MOTOR BUTUT KESAYANGAN

Penulis : RETNO KUSUMANINGTYAS ,S.Pd

Aku adalah seorang mahasiswi dari fakultas Bahasa Inggris di salah satu Universitas di Kota Semarang. Sekar itu adalah namaku. Aku mendaftar dan masuk ke perguruan tinggi bukanlah hal yang mudah karena ayahku adalah seorang pengangguran. Aku lulus SMA tidak langsung bisa kuliah melainkan harus mencari pekerjaan. “ Sekar, sekarang kamu kuliah dimana?” tanya Dina ketika kami bertemu. Dina adalah temanku yang sudah menjadi mahasiswi semester I. “ Aku sekarang seorang pengangguran, ingin kuliah namun pendaftaran sudah ditutup bahkan hendak mencari pekerjaan susah sekali menemukan lowongan yang hanya lulusan SMA “jawabku. Pikiranku terlalu jauh, “mungkin tidak sih aku bisa kuliah” gumamku.

Sore hari diruang tamu, aku memberanikan diri untuk bilang ke ayah terkait keinginanku untuk bisa kuliah seperti teman -temanku. “ Ayah hanya bisa membelikanmu motor butut  bekas ibarat ayah hanya memberimu kail ikan. Jika kamu ingin cari ikan kamu harus beli pellet dari situ kamu akan mendapatkan ikan untuk bisa kamu makan “ kata ayah. Dua hari kemudian, ayah membelikan aku motor butut. Aku merasa senang walaupun motor bekas. “ Semoga motor butut ini bisa kamu manfaatkan dengan baik. Maafkan ayah hanya bisa memberimu motor second ini dibeli dari uang JHT “ kata bapak sambil menangis sesenggukan.

Selang satu bulan, aku mendaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Bahasa dan Sastra. Motor butut warna hitam, ya itu menjadi modal aku kuliah sambil bekerja mengais rezeki. Setiap tengah malam aku panjatkan doa semoga aku dilancarkan selama 4 tahun dalam menempuh S1. Aku ambil kelas sore karena pagi hari aku harus bekerja. Ketika aku mencari pekerjaan aku setiap hari berkeliling naik motor butut mencari home industri yang mau menerima hanya tamatan SMA. Aku terkadang malu kalau harus parkir bersebelahan dengan motor keluaran baru. Aku tenangkan pikiranku dan mengingat pesan ayah, hanya motor yang bisa ia diberikan, jika aku ingin punya uang maka motor butut itulah yang bisa untuk mondar – mandir dari tempat bekerja lalu menuju ke kampus.

Sudah empat semester aku menempuh kuliah, tak terasa dua tahun namun tanpa disangka motor bututku rusak ketika hendak berangkat kuliah. “ Aduh, ini motor kenapa tidak bisa jalan” gumamku. Perlahan aku tuntun motor bututku menuju bengkel untuk segera diperbaiki. “Hah, total biaya service hampir tiga ratus ribu rupiah!” aku terkejut mengingat uangku masih tiga ratus lima puluh ribu. Aku menyalahkan diriku karena beberapa bulan memang motor belum aku service. Hal ini menjadikan aku untuk lebih rutin melakukan perawatan mengingat motor butut kesayanganku selalu aku ajak berlari kesana kemari.

“Assalamualaikum, permisi!” ucapku ketika aku berkunjung ke rumah lama temanku.  Aku akhirnya mendengar ada yang menjawab ucapan salamku. “hai, Sekar apa kabar mari masuk dan duduk?” sapa Linda. Kurebahkan pinggangku di Sofa Linda. “ Sekar, syukurlah kamu dating kerumahku. Sebulan lalu ayahku mengalami kebangkrutan dibengkelnya. Hari Ini ayahku ada urusan keluar untuk menebus motor yang dijadikan sebagai jaminan. Bolehkah aku pinjam motormu ?” Kata Linda. “ Tentu boleh, Linda silahkan kunci motor ini serahkan ke ayahmu namun maaf jika motor bututku jalannya lambat” pintaku ke Linda. “ Maaf, Sekar jika merepotkanmu” kata Linda. Sekilas aku memandang motor bututku biarpun motor lama namun bermanfaat untuk orang lain juga. Terkadang yang membuat aku sedih ketika musim hujan seringya jalan yang kulewati banjir sehingga sering mogok karena knalpot kemasukan banyak air dan aku terpaksa harus menuntun sampai menemukan bengkel motor atau aku stater sekuat tenaga agar mesin hidup. Maklum motor butut letak knalpot terlalu pendek. Sering aku bergumam dalam hati “ motor jangan mogok dan ban jangan bocor ya.”

Empat tahun sudah aku mampu menyelesaikan S1. Alhasil kini aku sudah mendapatkan pekerjaan mapan sesuai dengan ijazahku sebagai sarjana. Aku mampu membeli motor barusesuai dengan keinginanku. Aku tetap merawat motor butut kesayanganku meskipun jarang aku naiki. Beberapa orang sudah menaksir motor dengan harapan bisa membeli motor bututku. Aku tetap kukuh pada pendirianku, motor bututku menjadi teman sepanjang perjalananku menuju kesuksesan yang sudah kuraih. Motor butut kesayanganku yang selalu menemani dalam susah dan senang.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

3 Replies to “MOTOR BUTUT KESAYANGAN”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *