Tujuh Belas atau Tiga Lima

Penulis : Reyrin Ceria Amanta

Di sebuah gedung olahraga SMA N 1 Malang, Andi teriak β€œyaaayyy!!! Sesuai dengan kesepakatan kita diawal, kalau bola basket ini berhasil masuk ring kamu harus bersedia menjadi pacarku”. Ya, begitulah awal mula dimulainya kisah cinta dari Andi dan Rena. Andi yang merupakan kapten basket yang cukup terkenal di SMA N 1 Malang pada periode tahun 1987 memang sejak awal sudah tertarik dengan Rena, siswi cantik pindahan dari SMA N 2 Bogor.

Rena menutup harinya dengan keluar dari ruang siaran radio SMA N 1 Malang yang berukuran 2×3 m2 sambil membawa beberapa kertas yang merupakan materi siarannya minggu ini. Dengan senyum manis khas darinya dia telah berhasil menjadi penyiar radio SMA yang siarannya selalu selalu ditunggu-tunggu siswa siswi SMA N 1 Malang setiap minggunya. β€œRena, kamu dipanggil Bu Widya untuk menemuinya” ucap salah seorang teman Rena yaitu Santi sambil menepuk punggung Rena dari belakang. β€œoh ya? Kira-kira ada apa ya san?” jawab Rena bingung memikirkan apa yang menjadi penyebab Ia dipanggil oleh Bu Widya. β€œKurang tau Ren, Ibu Widya berpesan Ia menunggu kamu secepatnya” balas Santi. β€œOke terima kasih ya San” jawab Rena sembari bergegas meninggalkan Santi dan menuju ruang Bu Widya. β€œTok, Tok, Assalamu’alaikum Bu” Rena mengucapkan salam sambil mengetuk pintu ruang Bu Widya yang merupakan wakil kepala sekolah SMA N 1 Malang. β€œIya Rena silahkan masuk” jawab Bu Widya. Rena langsung masuk dan duduk di kursi Β tepat di depan meja Bu Widya. β€œBegini Rena, melihat kemampuan kamu saat menjadi penyiar radio kurang lebih 6 bulan di SMA ini saya sangat kagum denganmu, dan mungkin bisa disebut salah satu penggemarmu hihi. Kamu bisa membuat semua orang terhipnotis dan terkesima saat kamu siaran” mendengar perkataan sekaligus pujian Bu Widya, Rena hanya bisa diam dan tidak berkata apa-apa. β€œIbu mendapat tawaran untukmu dari saudara Ibu, yang merupakan pemilik Stasiun Radio TT 77 untuk merekrut kamu menjadi salah satu penyiar di sana” lanjutnya.

Rena masih diam seribu bahasa entah seperti apa Ia harus mengekspresikan perasaannya saat ini. Stasiun Radio TT 77 merupakan salah satu saluran terfavorit warga Malang era Tahun 80-an. Radio yang berlokasi pada Jalan Simpang Borobudur Malang ini sangat kondang terutama pada kalangan anak-anak muda. β€œHey Rena hello” tegur Bu Widya saat melihat Rena malah termenung dan bengong. β€œEh iya Bu, tentu saja …” belum selesai Rena bicara tiba-tiba β€œTok, Tok,Tok …” Suara ketukan pintu ruang Bu Widya dan tak lama masuklah seorang Pria paruh baya yang merupakan satpam sekolah, β€œBu, maaf mobil Ibu menghalangi mobil Bu Kepala Sekolah yang hendak keluar gerbang sekolah” ujarnya. Bu Widya bergegas mencari kunci mobil dan beranjak dari mejanya sembari bilang kepada Rena β€œNanti kabarin Ibu secepatnya ya Rena, bagaimana keputusanmu. Pikirkan baik-baik dan Ibu pastikan pekerjaan ini tidak akan mengganggu sekolahmu” seraya pergi meninggalkan ruangannya dan juga Rena.

Di sisi lain, Andi saat ini sedang sibuk pula mempersiapkan diri untuk Liga Basket Nasional yang akan mengharumkan nama SMA Kota Malang tentunya. Setiap hari diluar jam Sekolah waktunya banyak dihabiskan di GOR SMA untuk latihan bersama tim basketnya.

1 minggu kemudian…

Bak disambar petir Andi mendengar perkataan Rena sore itu. β€œAndi ganti bolanya, yang ini sudah mulai kempes” ucap pelatih basket sekolah Andi saat Ia dan timnya sedang latihan. Ketika berbalik hendak menukar bola Andi melihat sosok wanita yang tak asing sedang berdiri di depan pintu. Ya, siapa lagi kalau bukan kekasihnya, Rena. Bergegas Andi berlari menghampirinya. Tak berbicara sepatah kata pun Rena hanya menatap Andi dengan sepasang mata yang berkaca-kaca, β€œAda apa Rena?” Tentu saja itu kalimat yang keluar dari mulut Andi saat melihat tatapan yang begitu dalam dari Rena. Tak kuasa menyampaikannya Rena tetap harus memberitahu Andi tentang hal ini. Dengan sekujur tubuh yang bergetar dan lidah yang kaku Rena menyampaikan tujuannya datang menemui Andi pada sore itu. Dengan kalimat terakhir dari Rena yang makin membuatnya bingung harus terombang ambing di lautan lepas atau menyelam ke dalam lautan. β€œKau boleh terus melanjutkan mimpimu, dan aku akan pergi sejauh mungkin” itulah kalimat terakhir yang Rena sampaikan kepadanya seraya berbalik pergi dan menangis sambil berlari pergi.

β€˜β€™-β€œ

17 Tahun kemudian …

Di gedung yang sama GOR SMA N 1 Malang kembali ada seorang pria yang berusia 30 tahunan sedang melemparkan bola ke ring basket sembari berteriak β€œAku ingin kembaliiiiiii!!!” Dengan berlinang air mata dan terduduk ke lantai lapangan. Ia terdiam beberapa saat dan pergi meninggalkan lapangan tersebut dengan wajah tertunduk kusut. Kemudian Pria tersebut terhenti di depan gerbang sekolah karena diberhentikan oleh tiga orang gadis remaja yang salah satu diantaranya sedang duduk dibangku kayu dengan sebuah map berisi kertas dan pulpen. Mereka seperti sedang mencatat data diri seseorang β€œmaaf Kak, bolehkah saya melihat KTP Kakak kami sedang membuat kuisioner yang memerlukan data siapa saja yang dapat keluar masuk sekolah ini diluar jam sekolah” ucapnya kepada Pria tersebut. Sontak Pria tersebut merogoh kantong belakang celana denimnya mengeluarkan dompet untuk mengambil KTP. Ketika hendak memberikan KTP nya betapa terkejutnya Pria tersebut melihat wanita dihadapannya saat ini β€œhey! Bisa-bisanya kau memanggilku Kakak! Aku ini Ayahmu” Pria tersebut menarik kembali KTP nya dengan raut wajah sangat marah. Dapat dibayangkan betapa bingungnya remaja wanita yang bernama Reysa itu melihat reaksi dari pria tersebut. Kemudian teman yang berada di belakang Reysa maju ke depan dan tidak terima melihat temannya diperlakukan seperti itu β€œKakak sudah ga waras ya?! Mana mungkin Kakak ayahnya Reysa, sungguh tidak masuk akal” sembari menodongkan telunjuknya ke Pria tersebut. Semakin membara amarah Andi sampai hendak memukul teman Reysa itu. Ya, Pria tersebut adalah Andi ayah Reysa.

Flashback on

Kembali pada tahun 1987 dimana Andi berputar arah melempar bola ke luar lapangan basket sore itu dan berlari mengejar Rena keluar GOR. Semakin kencang ia berlari semakin jelas terlihat pundak gadis itu. Hingga sampailah ia tepat dibelakangnya dan memberhentikan lalu membalikkan tubuh Rena secara paksa kemudian memeluknya. Rena yang sedang terisak kemudian jatuh ke pelukan Andi sambil memukul kecil punggung Pria nya itu. β€œAku akan membesarkannya, kita akan membesarkannya bersama” itu yang terucap dari mulut Andi sambil memeluk erat Rena. Sejak saat itulah mereka berdua harus berhenti mengejar mimpi dan cita-citanya karena bertanggung jawab atas resiko perbuatan buruknya sendiri.

Flashback off

Betapa terkejutnya Andi saat melihat wajahnya yang terpampang nyata di kaca pos satpam sore itu. Ia berulang kali mengusap dan menatap wajahnya semakin dekat ke cermin β€œini tidak mungkiinnn?! Bagaimana bisaaa” itulah kalimat yang diucapkannya saat itu. Andi yang saat ini berusia 35 tahun wajahnya kembali muda persis seperti ia pada saat berusia 17 tahun. Sebenarnya hal ini telah terjadi padanya sejak Ia memasukkan bola ke ring basket di dalam GOR beberapa saat yang lalu, namun Ia baru menyadarinya sekarang. Tentu saja kelakuan aneh Andi makin terlihat gila di mata Reysa dan teman-temannya, sehingga mereka bertiga memutuskan untuk meninggalkan Andi dan menjauh darinya.

Tidak percaya dengan kenyataan yang telah terjadi Andi kembali berlari masuk ke dalam GOR SMA tersebut. Dengan sekuat tenaga Andi melempar bola ke dalam ring basket secara terus menerus hingga bola basket di dalam keranjang penyimpanan GOR habis tak bersisa dan semua berserakan di lapangan. Ia dikejutkan oleh suara penjaga sekolah β€œHey anak muda! Sedang apa kau di sini saat hari sudah semakin gelap? Cepat pulang kerumahmu!” Ujarnya. Andi semakin yakin bahwa dirinya sudah benar-benar berubah kembali muda. Ia pun berjalan gontai langkah demi langkah meninggalkan GOR dan sekolah tersebut menelisik kembali kenangan yang masih terngiang jelas 17 tahun yang lalu. Terutama alasan utamanya kembali menginjakkan kaki kembali ke sekolah ini. Bidik rumah tangganya bersama Rena sedang kacau saat ini, bahkan Rena akan mengajukan gugatan cerai padanya secepatnya. Namun bukannya menyelesaikan masalahnya dengan Rena, malah sekarang Ia menambah masalah baru dengan wajah baru yang tentu saja tidak masuk akal untuknya dan untuk siapapun di dunia ini.

Di sebuah rumah berukuran 8×12 m2, Rena sedang sibuk bersama berkas-berkas kertas yang berserakan di atas tempat tidurnya. Ia lelah karena tak kunjung mendapat pekerjaan sedangkan anaknya Reysa sudah berada di kelas 2 SMA yang satu tahun lagi akan menginjakkan kaki ke bangku kuliah. Tabungan yang Ia tabung bersama Andi selama pernikahan tentu saja sudah semakin menipis dikarenakan Andi yang dipecat dari pekerjaannya tepat 3 bulan lalu. Tentu saja hal ini pula yang mendasari pertengkaran hebat dalam rumah tangganya, semakin terpuruk keadaan ekonomi keluarganya bukannya Andi sebagai kepala keluarga makin giat mencari kerja yang layak tetapi malah memilih kerja serabutan dengan penghasilan tak menentu setiap harinya. Saat akan semakin larut dalam keterpurukannya, Rena dikejutkan oleh ketukan pintu dari Reysa ”Tok, Tok, Assalamu’alaikum Ibu, Eyaa pulang”. Eyaa merupakan panggilan rumah dari Reysa. β€œeh kenapa pulang terlambat nak?” jawab Rena kepada putri semata wayangnya itu sembari membukakan pintu. β€œiya Bu, tadi ada hal yang dikerjakan dulu disekolah setelah pulang” jawabnya.

Semakin jauh Andi berjalan menyusuri malam semakin Ia tak tahu harus pulang kemana dengan keadaan tubuhnya saat ini. Terus menunduk gontai dengan berkecamuk riuh suara di kepalanya. Tak tau apakah dia harus merespon senang atau sedih dengan keadaan ini. β€œKamu! Yang membuat hidup kita menjadi seperti ini! Kamu yang menghancurkan semua mimpiku 17 tahun yang lalu” teringat jelas diingatannya itulah kata-kata yang Ia ucapkan hingga membuat Rena menyerah dengan rumah tangganya. Hancur, pedih, tak terkira perasaan Rena kala itu. Tentu saja tanpa harus Andi katakan Ia sudah memiliki rasa penyesalan di dalam dirinya sejak Ia datang menemui Andi di GOR sekolah sore itu. β€œandai aku menyimpan semuanya rapat-rapat tanpa harus memberitahu Andi, lalu menghilang saja sejauh mungkin. Tentu saja Andi tidak akan kehilangan mimpinya dan menjadi sosok pria yang kacau seperti saat ini” itulah yang selalu terbesit di hati Rena.

β€œBu, kenapa Ayah tidak pulang malam ini?” tanya Reysa kepada Ibunya yang sedang sibuk menyiapkan sarapan dan bekal untuknya. Rena hanya diam tak menjawab dan terus sibuk dengan tangannya di dapur. β€œjangan bilang kalian bertengkar lagi” tambah Reysa yang sudah tak heran dengan gelagat orang tuanya itu. β€œNamun baru kali ini Ayah sampai tak pulang ke rumah” bisik Reysa di dalam hatinya dengan segelintir rasa khawatir. β€œeemm segera berbaikan yaa Bu, ini bukan hal baru kan bagi kalian. Kalian akan selalu menjadi orang tua hebatku” lanjut Reysa kemudian sambil memeluk Ibunya dari belakang dan berpamitan untuk berangkat ke Sekolah. Tentu saja setelah Reysa meninggalkan rumah dengan suara pintu rumah yang sudah tertutup rapat, Rena kembali terisak dan terduduk di lantai meratapi apa yang telah terjadi di dalam hidupnya. Bagaimana ia memberitahu Reysa jika dirinya saat ini sedang berencara menceraikan Andi.

Rena dikejutkan dengan suara ketukan pintu β€œTok,tok,tok” terdengar singkat tanpa suara seseorang setelahnya, itu murni hanya ketukan pintu. Β Β  Segera Rena menghapus air matanya merapikan pakaian dan beranjak membuka pintu rumahnya. Tidak ada hal yang lebih mengejutkan dari hal ini Rena hanya mematung saat melihat sosok di balik pintu.”Hei bagaimana bisa?! Bola mata itu, senyuman itu, wajah itu” seribu pertanyaan berkecamuk di dalam hatinya. Sosok yang telah membuatnya jatuh cinta sejak pandangan pertama, sosok yang penuh semangat, paling bisa Ia andalkan dan percaya sedang berdiri dihadapannya saat ini. Dengan bibir kaku dan lidah bergetar terucaplah dari mulut sorang Rena β€œKaa aa muu sssiaapa?” menodongkan tangannya ke sosok itu. Namun tak dapat jawaban sosok itu masih terus menatapnya lekat-lekat semakin dalam dan penuh makna. Maju selangkah demi langkah untuk memeluk Rena namun kandas ketika spontan saja Rena mendorongnya dengan keras sampai Ia terjatuh dan meringis kesakitan karena telapak tangannya tak kuasa menopang tubuhnya. β€œtidak mungkiinnn!! Pastiii akuu sudah tak waraas??!” tambah Rena sambil memegang kepala dengan kedua tangannya, berbalik badan lalu menutup pintu dengan keras.

β€œRenaaa, ini aku suamimuuu” jerit Andi dari luar namun Rena semakin tak percaya dan terus memukuli kepalanya sendiri dan menganggap saat ini dirinya sedang gila dan berhalusinasi. β€œMana mungkin Andi bisa kembali muda” pikirnya. β€œbaiklah kalau kamu tidak percaya aku akan menceritakan semua tentang kita dari teras rumah ini hingga kamu membukakan pintu untukku.

Flashback on

Di kursi kayu depan kelas Rena duduk dengan setumpuk buku dan pulpen ditangannya. Saat itu adalah saat pertama Ia mencoba untuk menjadi penyiar Radio pada SMA ini. Sebelumnya memang Rena tidak pernah menjadi penyiar radio, namun Ia memang selalu suka mendengarkan radio dan kerap kali membayangkan jika suatu saat nanti dia akan menjadi penyiar radio terkenal di kotanya. Saat sedang asyik menyiapkan materi pertamanya untuk siaran esok sore, tangannya di tarik oleh seorang Pria yang sudah tak asing di matanya. Iya, Pria itu adalah Andi seorang kapten basket SMA N 1 Malang yang merupakan idaman wanita-wanita di sini. Rena yang terkejut melihat Anti yang tiba-tiba menariknya lantas bertanya β€œheiii kamu mau membawaku kemana? Aku sedang tidak bisa membuang waktuuu?!” namun pertanyaan Rena tak digubris dan Andi terus menariknya berjalan ke sudut utara sekolah, yang merupakan letak dari gedung olahraga SMA tersebut. Sesampainya di sana Andi menghentikan langkahnya dengan Rena tepat di tengah-tengah lapangan basket dan ia segera mengambil satu bole basket dari keranjang sembari melepaskan tangannya dari tangan Rena β€œaku hanya butuh waktu kamu sebentar saja” ucap Andi kepadanya. β€œaku ada satu permintaan kepadamu, dan apakah kamu kabulkan atau tidak itu tergantung pada bola ini” tambahnya seraya mengalihkan fokus Rena kepada bola yang sedang ditangannya.

Rena terdiam masih bingung dengan maksud dari perkataan Andi barusan. Melihat jarak Andi melempar bola ke ring cukup jauh menurut Rena, Rena mengangguk saja dan hanya memberikan satu kesempatan Andi melempar bola walaupun Rena sendiri belum tau apa permintaan dari Andi. Rena segera berlari ke pinggir lapangan dan membiarkan Andi siap-siap mencari posisi terbaiknya untuk mengararahkan bola tersebut agar bisa tepat masuk ke dalam ring. Dengan posisi yang menurut Andi sudah tepat ia mengangkat tangannya bersama bola basket itu dan menjerit hingga suaranya memenuruh ruang gedung olahraga yang di dalamnya hanya ada dirinya dan Rena. β€œOke baiklah, jika bola ini berhasil masuk ke dalam ring, Rena harus bersedia menjadi pacar saya hari ini” jerit Andi dan dengan mantap melemparkan bola tersebut ke ring basket. Tentu saja mata Rena terbelalak dan semakin mematung lagi ketika ternyata dugaannya di awal tadi salah, Rena lupa jika Andi merupakan Kapten Basket kompeten di sekolahnya. Tentu saja bola itu masuk dengan sempurna ke dalam ring.

Flashback off

Mendengar cerita dari sosok Pria yang ada di teras rumahnya itu, sepertinya benar ia memang Andi 17 tahun yang lalu. Karena takkan ada orang lain yang tau kisah itu selain mereka berdua pikir Rena kala itu. Ia pun kembali mendekat ke arah pintu rumahnya dan menguping apa lagi yang akan disampaikan Pria itu. β€œaku juga tidak tau bagaimana ini bisa terjadi padaku Rena, sudah semalaman aku memikirkannya, tidak tau pula harus pulang ke mana, hingga akhirnya pagi ini aku memutuskan untuk kembali dan mengatakan semuanya padamu” ungkap Andi di balik pintu. Dan semakin ia dengarkan suara Pria tersebut juga sama persis dengan suara Andi 17 tahun yang lalu. β€œmaaf jika memang kembalinya aku pagi ini malah membuat masalah kita semakin runyam dan menambah bebanmu saja Ren, tapi kamu tetap satu-satunya rumah bagiku” tambah Andi. Mendengar hal itu mengingatkan Rena lagi dengan luka yang sangat dalam baginya. β€œbaiklah, kalau memang itu kau Andi yang ku kenal 17 tahun yang lalu. Kau boleh pergi dan melanjutkan mimpimu yang tertunda karena ku dulu, kau boleh membuka lembaran baru, menjadi orang yang baru terlahir kembali, meraih impianmu dan lupakan saja aku dan semua tentangku” Rena akhirnya memberi jawaban kepadanya dengan posisi masih di dalam rumah dan di balik pintu. Rena sudah percaya bahwa itu benar-benar Andi tak peduli bagaimana itu bisa terjadi namun hatinya yakin Pria itu adalah Andi teman hidupnya selama 35 tahun ini. Tak ingin kembali menyesal dengan keegoisan dirinya kali ini Rena membiarkan Andi kembali memperbaiki hidupnya dan mengejar mimpinya.

Namun, diluar dugaan Andi malah terisak dan tubuhnya terjatuh menabrak pintu. Ia benar-benar tak kuasa menahan tangisnya dan tak berdaya mendengar ucapan dari Rena. β€œAku minta maaf Ren, kalau memang kata-kataku waktu itu menyakitimu dan menyinggung perasaanmu. Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi, aku sama sekali tidak menyesal Ren dengan hidupku saat ini” ungkap Andi β€œaku bahagia sangat bahagia hidup bersamamu memiliki seorang putri yang sekarang sudah beranjak dewasa. Aku bahkan masih teringat jelas bagaimana Reysa memanggilku β€œayah” pertama kali saat ia berumur 8 bulan Ren, aku masih ingat bagimana Reysa melangkahkan kakinya pertama kali pada saat umurnya 13 bulan. Aku ingat semuanya bagaimana kita membangun rumah ini, menjauh dari orang-orang yang mengucilkan dan membeci kita, membesarkan Reysa dengan kompak. Dan kebahagiaan itu takkan pernah aku rasakan kalau aku tidak menjadi seorang ayah Ren. Aku benar-benar minta maaf jikalau waktu itu aku sempat tidak bersyukur dengan hidupku dan mengatakan hal-hal yang tak pantas itu kepadamu. Aku mohon Ren, terima aku dengan keadaan ini. Hanya kamu rumahku, dan tempat aku pulang” lanjutnya. Rena ikut terisak dibalik pintu pikirannya semakin berkecamuk dan tak tau harus bagaimana. Ia kembali teringat semuanya, untuk sampai dititik ini bukanlah hal yang mudah bagi dirinya dan Andi. Sudah banyak rangkaian ombak dan badai mereka taklukan berdua, seharusnya Dia bisa berfikir panjang dan lebih luas lagi tidak ada masalah yang tidak terselesaikan jika keduanya berkerja sama dan saling menguatkan. Hanya saja yang terjadi kemarin adalah karena kurangnya komunikasi diantara keduanya, Rena memiliki penyesalan tersendiri di dalam dirinya yang telah ia pendam bertahun-tahun, sedangkan Andi sedang muak denganΒ  hidupnya dan keadaan ekonomi keluarganya yang sedang kacau.

Rena menghentikan pikirannya yang semakin hanyut dan kacau, yang Ia butuhkan saat ini adalah penopang hidupnya, teman hidupnya yaitu Andi bukanlah keegoisan diri dan keangkuhan hati. Dengan tegak Rena berdiri dari lantai membalikkan badannya dan memegang gagang pintu, membuka pintu dan kembali berjongkok untuk memeluk sosok Andi seerat mungkin. Badannya dingin, matanya layu merah dan penuh bulir bulir air mata yang menggenang, Andi sudah berada di level terkacaunya dalam hidup pada malam itu. Dan pelukan dari Rena pagi ini membuatnya kembali bangkit dan ber energi mereka berpelukan sambil terisak dan tak ingin kehilangan satu sama lain.

Berbarengan dengan itu pula tubuh Andi, wajahnya, suaranya semuanya kembali normal. Andi kembali menjadi dirinya diumur 35 tahun. Mereka berdua belum menyadarinya hingga Rena melepas dekapannya dari tubuh Andi dan menatap wajahnya, Rena tersadar dan menyentuh wajah Andi β€œkamu sudah kembali Andi, kamu Andi ku yang sudah hidup bersamaku 35 tahun ini, kamu ayah Reysa” Rena kembali terisak dan memeluk suaminya itu. Saat itu pula Andi tersadar ketika menatap pantulan wajahnya di kaca rumah bahwa ia sudah kembali normal di usianya yang sekarang.

~S E L E S A I~

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

36 Replies to “Tujuh Belas atau Tiga Lima”

  1. huaaaa 😭😭😭 ikut hanyut dengan ceritanyaaa 😭😭 semoga Andi sama Rena dilimpahkan selalu kebahagiaan untuk keluarga kecilnya.

  2. mau sejauh mana berkelana, rumah selalu jadi tempat pulang untuk jiwa yang lelah:) good job author kesayangan akuuu πŸ’•

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *