Penulis : Sri Nurhasanti
Hari itu langkah Sania begitu ringan karena hari ini adalah pelajaran Bahasa Inggris, pelajaran yang paling disukainya. Ada tiga impian yang terangkum dalam benaknya sejak dia mencintai Bahasa Inggris dalam hidupnya. Satu, dia ingin bisa ke luar Negeri, bisa naik pesawat terbang dan bisa berkomunikasi secara langsung dengan orang asing. Itulah tiga mimpi yang terukir indah dalam benaknya.
Hari demi hari berlalu, tahun demi tahun berlalu dan Sania sudah menjelma menjadi seorang Guru Bahasa Inggris seperti cita-citanya dulu. Mengajar memang sudah menjadi Passion dalam hidupnya. Sejak kecil dia suka mengajari anak-anak di kampung menulis dan berhitung, hingga cita-cita menjadi guru Bahasa Inggris tersemat di hatinya untuk mewujudkan ketiga mimpinya tersebut.
“Good morning, students, How are you today? Sapa Bu Sania kepada seluruh siswanya di kelas VIII F hari itu.
“Good morning, mam, we are fine, thank you, and you? Jawab anak anak secara serentak.
“Uhm, I’m fine , too. Okay, do you ever dream to go abroad? Tanya bu Sania.
Anak – anak terdiam karena memang mereka sebagian tahu cara menjawab, sebagian sama sekali tidak tahu harus menjawab apa ya?
“Okay, tadi ibu bertanya, apakah kalian punya cita-cita untuk pergi ke luar negeri?”
Sontak, anak-anak saling berebut menjawab, “Ya bu pengen banget, ke Amerika, ke Perancis, ke Jepang yang ada saljunya, Kata Si Khanza, muridku yang duduk di depan dan sangat aktif.
“Saya juga bu, pengennya saya ke Jerman, lihat tembok Berlin bu”, Jawab si Buffon muridku laki-laki yang juga sangat vocal.
“Baiklah kalo kalian ingin bisa ke luar negeri, lalu apa bekal yang kalian siapkan?” tanyaku kepada mereka.
“Uang bu, yang banyak, passport, visa, dan masih banyak lagi jawaban mereka.”
“Baiklah anak-anak, itu semua memang penting, tapi ada yang lebih penting dari itu semua. Apakah ada yang tahu?” tanyaku kepada mereka.
“Uhm, apa ya bu? Mereka balik bertanya padaku.
“Kalo kalian berada di Amerika, di Perancis, atau di belahan negara mana pun, bagaimana cara kalian berkomunikasi? Bahasa apa yang kalian pergunakan, apakah Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa atau Bahasa Inggris?” tanyaku lagi.
“Ya Bahasa Inggris lah bu, masak Bahasa Jawa,” jawab si Bintang.
Grrrrr….. ha ha ha ha….. anak – anak langsung pada tertawa.
“Nah itu kalian tahu, lalu bagaimana kualitas Bahasa Inggris kalian sekarang? Bagus, sangat bagus, biasa saja atau jelek?” tanyaku selanjutnya.
“Jelek bu, gak bisa bu, blas bu,….”. Jawaban mereka yang bervariasi.”
“Baiklah anak –anak, ibu akan bercerita tentang kisah ibu bisa pergi ke luar negeri dan mewujudkan impian ibu saat kecil dulu. Apakah kalian mau mendengarnya?” Tanyaku pada mereka.
‘Mau mau mau bu.” Jawab mereka secara kompak.
“Baiklah, tolong dengarkan dengan baik karena ibu ingin menyampaikan sebuah pesan moral yang sangat penting untuk kalian semua. Begini, Bahasa adalah alat komunikasi yang penting dan utama, apalagi jika kita berada di negeri orang. Bahasa Inggris adalah Bahasa Internasional yang wajib kalian kuasai jika ingin bisa menginjakkan kaki ke luar negeri. Dalam Bahasa Inggris ada falsafah hidup yang luar biasa anak- anak. Misal, mereka akan sering mengucapkan “thank you” untuk hal-hal kecil saja, tidak menunjuk orang pakai telunjuk tapi lima jari bersama, sementara kita yang kata orang punya budaya Tmur yang halus dan luhur ternyata begitu pelit berterima kasih. Begini anak-anak, ibu pernah ke Australia, tepatnya di negara bagian Quensland, pada bulan Agustus-September tahun 2016 karena keajaiban yang Alloh berikan kepada ibu. Mengapa demikian begini ceritanya.
Saat itu, tepatnya pada bulan Februari tahun 2016, kalo tidak salah tanggal 13 dan 14, ibu diminta oleh Dinas pendidikan dan kebudayaan atas surat undangan dari propinsi Jawa Tengah, untuk mengikuti tes selesksi pertukaran guru ke Australia. Bayangkan betapa bahagianya ibu saat itu. Bersama satu orang guru dari SMA 1 Wonogiri, saat itu, ibu berangkat ke Semarang dan menginap di hotel Neo. Tes dilenenggarakan selama dua hari, yakni tes tertulis dilanjutkan tes lisan. Ibu berusaha sebaik dan semaksimal mungkin yang ibu bisa saat itu dan keyakinan ada di hati bahwasanya saya bisa dan lulus.
Pada bulan April 2016, pengumunan dikirimkan dan ibu gagal dan hanya berada pada peringkat lima. Sedangkan yang berangkat adalah peringkat satu sampai tiga. Ada rasa sedih berkecamuk di hati. Akan tetapi ada satu hal yang ibu ingat saat itu anak –anak. “Apa bu” Tanya mereka serentak. Ibu ingat saat upacara pembukaan, ketua panitia mengatakan bapak –ibu jika nanti ternya pengumunan ada peserta yang didiskualifikasi, maka peringkat di bawahnya akan ditarik ke atas untuk menggantikannya. Ini merupakan embun penyejuk bagi ibu, karena keberangkatan ke Australia masih bulan Agustus. Ibu bangun setiap malam dan sholat malam serta berdoa kepada Alloh dengan sepenuh jiwa dan raga. Tahukah kalian apa bunyi doa ibu? “Tidak bu” jawab mereka.
Ibu berkata dalam setiap doa “ Ya Alloh, seandainya kebaikan ynag selama ini saya lakukan layak mendapatkan keajaiban dari Mu, maka berikanlah keajaiban itu ya Alloh. Itu ibu ucapkan setiap habis sholat. Sampai keajaiban itu benar-benar datang. Pada tanggal 9 Mei 2016, ibu mendapatkan WA dari panitia. “Ibu Sania, tolong nanti 17 Mei 2016, ibu ke prodia Semarang, Jl. Setiabudi No. 17 nggih, untuk menggantikan salah satu peserta yang didiskualifikasi.
Unbelievable, saya lemes tidak percaya, ternayata doa saya dijawab oleh Alloh dengan indahnya. Cita-cita saya sewaktu dulu SMP terjawab sudah. Saya sangat penasaran mengapa kok tidak peringkat keempat yang berangkat tapi malah justru saya yang dipanggil? Ternyata peserta peringkat keempat juga mendapatkan beasiswa S2 nya di UGM bersamaan dengan waktu keberangkatan ke Australia, dan saya yang peringkat kelima dipanggil. Sungguh saya sangat bersyukur dan sujud syukur saya karena Alloh ternyata sangat mencintai saya dengan begitu indahnya. Dua puluh enam tahun penantian saya terjawab sudah.. Nah, pesan moral yang ingin saya sampaikan adalah, jangan pernah berhenti untuk berbuat baik, karena keajaiban akan menghampiri orang-orang yang penuh kebaikan.
“Apakah kalan mengerti?” tanyaku kepada mereka.
“Mengerti bu, “jawab mereka serempak.
Belajarlah dengan baik dan sebagai ibadah. Kunci komunikasi adalah Bahasa kita. Jika baik mengelola Bahasa kita pastilah akan sukses di mana pun kita berada. Amin.
NB: Cerita ini berdasar kisah nyata si penulis. Nama disamarkan. Pesan moral yang mau disampaikan adalah: jangan pernah berhenti berbuat baik karena sepahit apa pun kebaikan pastilah akan berbuah manis pada akhirnya.