BIARLAH MENJADI KENANGAN

Penulis : Ria Melati

Di depan cermin, Salsa  menyisir rambutnya yang hitam dan panjang, dilihatnya pantulan wajahnya yang agak tirus. Baru pagi ini Salsa terbangun tanpa mimpi buruk. Salsa mencoba tersenyum pada dirinya di cermin tapi senyuman itu terlalu dipaksakan, tetap saja hatinya tidak seperti senyuman yang terlihat di cermin. Salsa menutup wajahnya, mencoba menahan butiran air mata yang akan jatuh di pipinya Tapi air mata itu tetap jatuh, terus mengalir hingga membuat bahu Salsa terguncang.

“Salsa. ”

Ibunya mendekat lalu memeluk Salsa sambil menepuk bahunya

“Semua sudah berlalu, sudah saatnya kamu bangkit” kata ibunya dengan lembut

Salsa menggelang “Aku nggak bisa mama, aku nggak sanggup kehilangan Raisa, kenapa kami nggak pergi berdua, kenapa Raisa yang pergi?”

“Salsa hari ini kamu harus sekolah “ ibunya mencoba mengalihkan pembicaraan

Ibunya melepaskan pelukannya , mengambil sisir  dan menyisir rambut Salsa, ibunya mengepang rambut Salsa lalu memberi jepit berbentuk bunga berwarna kuning.

Lalu ibunya menyuruh Salsa berdiri, dipegangnya dasi biru Salsa dan dirapikannya baju putih Salsa.

Ibu Salsa tersenyum, anak gadis di hadapannya seharusnya sudah memakai seragam  putih abu-abu tapi tahun ini Salsa masih memakai seragam putih biru. Salsa harus mengulang sekolahnya di tahun ketiga SMP karena kecelakaan yang dialaminnya 6 bulan yang lalu. Kecelakaan yang membuat Salsa harus kehilangan saudara kembarnya Raisa.

Raisa meninggal di tempat, sedangkan Salsa kritis, Salsa hampir meninggal tapi maut belum menjemputnya, sang empunya alam semesta masih menghendaki kehidupan Salsa di dunia berlanjut. Salsa koma, dan tak sempat melihat Raisa untuk terakhir kalinya bahkan Salsa pun tak memiliki kesempatan untuk mengikuti pemakaman Raisa

Dua bulan Salsa koma, ketika tersadar dari komanya nama Raisa  yang pertama kali disebut tapi Raisa tidak datang yang datang hanya ibunya, berulang kali Salsa terus menanyakan Raisa berulang kali juga ibunya harus terus berbohong dan mengatakan Raisa sedang dirawat dan tak boleh dikunjungi oleh siapapun.

Ketika akhirnya Salsa tahu kenyataan yang sebenarnya, Salsa menjerit, menangis, marah, semua barang yang ada  di sekitarnya dibantingnya.Hatinya berontak tak bisa menerima kenyataan pahit ini

Bagi Salsa, Raisa adalah segalanya , mereka kembar identik, selalu bersama dari kecil dan tak terpisahkan, mereka melakukan segala sesuatu berdua dan ketika terpisah Salsa merasa sepi dan merasa hidupnya tak akan sama lagi seperti dulu. Setelah koma Salsa masih harus menjalani serangkaian perawatan dan sekarang Salsa sudah pulih secara fisik.Secara psikis Salsa masih trauma dan hatinya masih diliputi kesedihan, walaupun secara perlahan Salsa mulai mencoba berdamai dengan realita kehidupan yang terjadi padanya.

Ibunya mencoba memahani perasaan Salsa walaupun sebenarnya dalam hatinya ada rasa sakit yang dalam karena kehilangan salah satu putrinya tapi ibunya tak pernah menunjukkan di depan Salsa. Ibunya mencoba kuat supaya bisa menguatkan Salsa

“Ayo nak ini tasmu. “ kata ibunya

Salsa mengambil tas dari tangan ibunya, dilihatnya wajah ibunya yang sudah mulai menua, kerut kerut halus mulai muncul di dahi ibunya.

“Mama pasti lelah merawatku. “ pikir Salsa sedih

“Mama aku takut ke sekolah. “ kata Salsa pelan

“Kenapa?” sahut ibunya dengan lembut

“Teman-temanku sudah lulus sedangkan aku ….”

Mama menggelang “ Jangan mempermasalahkan hal itu Salsa.”

“Tapi teman teman Salsa sudah lulus, mereka sudah SMA sedangkan aku, aku tidak mengenal mereka. Aku juga takut akan teringat Raisa”

“Salsa ayo ke sekolah, teman-temanmu tidak seburuk itu, dan tidak ada yang melarangmu untuk mengingat Raisa, bukan hanya sekolah yang membuatmu teringat Raisa, bukankah rumah ini dan setiap sudutnya akan mengingatkanmu pada Raisa?” Ibunya berkata sambil meraih tas Salsa, tak mau Salsa memikirkan hal buruk yang belum tentu terjadi.

Tiba di depan gerbang sekolah Salsa masih berdiri, kakinya terasa berat, ibunya hanya mengantar sampai gerbang.

“Pergilah sendiri kamu bukan anak TK . “ Ibunya tersenyum sambil melambaikan tangan

Salsa melangkah pelan, masih ragu untuk maju.

Namun tiba-tiba dihadapannya datang sekelompok anak perempuan dan menyapanya dengan ramah.

“halo Salsa , selamat datang kembali di sekolah ini. ” kata Mira

“Salsa ingat aku nggak? “ kata Rani

Salsa tersenyum tipis, dia mengingat Rani sebagai teman ekskul gitar

Salsa mengangguk, lalu Rani tertawa

“Syukurlah kamu ingat diriku, sudah lihat daftar kelas ? Kita sekelas di kelas IX C, nanti kamu duduk di sampingku, mau?”

Rani terus berbicara, disusul dengan teman-temannya yang antusias dengan kehadiran Salsa. Banyak sekali pertanyaan untuk Salsa, tapi tidak ada satupun pertanyaan mengenai kecelakaan yang dialami Salsa dan saudara kembarnya, sepertinya teman-temannya cukup paham untuk tidak menanyakan hal sensitif tersebut.  Untuk sejenak Salsa bisa tersenyum dan tertawa,  ibunya benar, sekolah tidak seburuk yang dibayangkankan, tidak ada satu pun yang mengejeknya karena tidak lulus.

Lagi-lagi Salsa teringat akan Raisa saudara kembarnya, tanpa disadarinya air matanya mulai mengembun dan menitik perlahan, Rani yang melihat hal itu segera merangkulnya dan menyodorkan tisu sambil berbisik

“stt kamu tidak ada waktu untuk bersedih lagi, percayalah Raisa sudah tenang, sehingga kamu bisa melanjutkan hidupmu.”

Mendengar hal itu, Salsa perlahan menghapus air matanya sebelum teman-teman yang lain melihatnya. Rani benar, tidak ada waktu lagi untuk bersedih yang ada hanya waktu untuk mengenang yang akan dilakukannya seumur hidupnya

“Salsa nanti sore kita main basket yuk “ ajak Mira. “nanti teman-teman sekelasmu dulu juga akan datang jadi kalian bisa nostalgia”

Mendengar teman-teman sekelasnya mau datang, mata Salsa berbinar karena merasa senang

“Aku mau, tapi aku sudah lupa caranya, sudah lama nggak main basket, dan aku juga ingin bertemu Wina, Amy dan……. “ sahut Salsa

“Tidak masalah ,yang penting main dulu, tenang saja mereka semua akan datang. ” Dengan cepat  Mira menyahut,  lalu mereka tertawa

“Vino juga datang ” bisik Rani di telinga Salsa yang spontan membuat wajah Salsa menjadi panas dan kemerahan karena malu. Rani tertawa pelan melihat perubahan wajah Salsa

“Siapa lagi yang datang?” tanya Mira

Rani mengedipkan mata dengan cepat ke arah Mira, lalu Mira dan teman-temannya kembali tertawa, apalagi ketika melihat Salsa yang masih tersipu malu

Mereka dulu adik kelas Salsa, yang mereka tahu Salsa dan Raisa si kembar yang ramah dan baik hati. Ketika mendengar berita kecelakaan itu banyak doa yang disampaikan. Begitu mendengar Raisa meninggal mereka segera ke rumah duka dan ikut pemakaman Raisa.

Berbulan bulan mereka menunggu Salsa, banyak doa dipanjatkan dan kini Salsa sudah muncul di hadapan mereka. Mereka menyambutnya dengan hangat. Salsa melihat matahari bersinar cerah samar- samar dilihatnya bayangan Raisa yang tersenyum

“Raisa. “ gumam Salsa

Salsa pun tersenyum dan bayangan itu menghilang. Salsa tahu kesedihannya akan berakhir dan Raisa akan selalu hidup dalam kenangannya.

 

TAMAT

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

One Reply to “BIARLAH MENJADI KENANGAN”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *