Aku Bukan Jodohnya

Penulis : Umi Salamah, S.Pd

Sejak duduk di kelas satu di bangku SMP, Hanif dan Sasa selalu bersaing dalam prestasi. Jika Sasa peringkat satu, maka Hanif d peringkat dua. Meskipun bersaing, namun diantara keduanya memiliki ketertarikan. Hanya saja karena malu dan takut, rasa cinta itu tak pernah terucap, namun saling perhatian nampak terlihat.

Saat Hanif kesulitan dalam mengerjakan Matematika, maka Sasa selalu siap untuk membantu dan menjelaskan sampai Hanif paham, begitu pula  saat pelajaran Bahasa Inggris yang kurang dikuasai Sasa, maka Hanif selalu menjadi pahlawan bagi Sasa. Tak pernah terlihat jika mereka bersaing, yang nampak dari kedua nya adalah rasa jatuh cinta dan saling perhatian, namun masih malu-malu.

Diawal rencana, mereka akan melanjutkan SMA di SMA Negeri 1 Amlapura, namun takdir yang memisahkan keduanya, Hanif tidak lolos seleksi di SMA negeri 1 Amlapura, dan akhirnya melanjutkan d SMA Negeri 2 yang cukup jauh dari SMA Negeri 1.

Semenjak mengenyam bangku SMA, kedua nya loss kontak sehingga tidak pernah tau perkembangan diantara keduanya. Namun saat melanjutkan ke perguruan tinggi , mereka mulai  berkomunikasi, karena pada saat itu baru ada handphone. Hanif melanjutkan di perguruan tinggi negeri yang ada di Denpasar, sedangkan Sasa kuliah di perguruan tinggi negeri di Singaraja.

Semenjak kuliah, komunikasi mereka mulai intens meski lewat Sms. Hanif mengambil jurusan Teknik sipil, sedangkan Sasa mengambil kuliah keguruan. Saling motivasi tetap mereka lakukan, meskipun sampai saat ini belum ada kata cinta dari keduanya. Tepat disaat Sasa akan sidang skripsi, Hanif datang menyatakan cintanya yang baru diungkapkan semenjak SMP. Dan ini bagaikan suntikan energi bagi Sasa, sehingga Sasa dapat menyelesaikan sidang skripsi dengan hasil yang sangat memuaskan. Sebagai rasa syukur itu, Sasa dan Hanif menyambutnya  dengan makan malam Bersama. Makan malam  ini , adalah nge-date pertama kali nya. Awalnya canggung, karena status mereka bukan sekedar teman, tapi sudah menjadi pacar. Dan di malam itu, barulah terungkap jika Hanif dan Sasa memberikan pengakuan, bahwa sudah suka sedari SMP.

Malam itu pun menjadi indah, karena rasa yang terpendam dari SMP terungkapkan sudah. Dan berjanji akan segera melanjutkan hubungan ke arah yang lebih serius, meskipun masih harus melakukan hubungan jarak jauh. Hanif bekerja di salah satu perusahaan property di Denpasar, dan Sasa mengajar di salah satu SMA di Karangasem.  Setiap bulannya, Hanif menyempatkan untuk bisa ketemuan dengan Sasa, meskipun hanya beberapa jam saja.

Enam bulan berlalu, Hanif mengutarakan niatnya untuk lebih serius dengan meminang Sasa. Sasapun menerimanya dan meminta Hanif mengajak keluarganya untuk datang melamar ke orang tuanya.

Lamaran keluarga Hanif diterima dengan tangan terbuka oleh keluarga Sasa, namun di tengah acara lamaran, orang tua Hanif meminta buku nikah orang tua Sasa dan akta kelahiran Sasa. Dan ini sangat membuat keluarga besar Sasa menjadi tersinggung. Dan langsung meminta agar semua dibatalkan. Dengan wajah yang memerah pakde Sasa , Wak Haji Fahmi dan mengambil buku nikah ayahnya Sasa dan akta kelahiran Sasa, lalu memamerkan ke keluarga Hanif.

“Demi Allah, saya merasa tersinggung dengan pertanyaan kalian, dan kalian sudah tidak percaya dengan Sasa dan keluarga kita sehingga mempertanyakan seperti itu. Sekarang liat dengan jelas, di buku nikah , jikalau ayah Sasa meninkah tanggal 9 Maret 1989, dan Sasa lahir di tanggal 15 Mei 1990.” Ucap pakde Haji Fahmi.

Dan dengan lantang pakde  Haji Fahmi mengusir dan membatalkan acara lamaran, meskipun Hanif , berkali-kali meminta maaf, namun pakde Haji Fahmi dan keluarga yang lain dengan garangnya mengusir keluarga nya Hanif. Dan mengatakan tak akan pernah menerima lamaran keluarga Hanif.

Dengan tetesan air mata, Sasa melihat Hanif dan keluarga besarnya meninggalkan kediamannya. Cinta yang terpendam dari SMP dan dia jaga sampai kuliah, akhirnya pupus seketika. Selama ini, khayalan tentang pernikahan dengan Hanif sudah di ujung mata, ternyata tak akan terjadi.

Pakde Haji Fahmi pun menenangkan Sasa yang masih berlinang air mata, dan menasehati Sasa, jikalau pernikahan itu harus diawali dengan kepercayaan. Dan Pakde Fahmi akan menjodohkan dan segera akan menikahkan Sasa dengan kerabatnya. Sasa pun pasrah, karena membantahpun tak akan merubah keputusan keluarga. Dan dalam hati Sasa berkata..”aku bukan jodohnya Hanif”

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

One Reply to “Aku Bukan Jodohnya”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *