Penulis : Rindu
Begitu nyaring terdengar suara alarm di telinga Najma membuat tidur cantiknya terusik. Ingin niat hati Najma mematikan alarm tersebut, namun matanya seketika terbuka lebar dengan mulut terbentuk bulat huruf O dengan tangan memegangi kepalanya. Najma super duper kaget melihat jam menunjukkan pukul 6. Padahal biasanya jam 6, ia sudah berangkat ke kantornya karena memang jaraknya cukup jauh memakan waktu 45 menit untuk sampai ke sana.
“Ya ampun…”
“Kenapa sudah jam 6”
Dengan terburu-buru ia bergegas ke kamar mandi dan harus cepat bersiap-siap ke kantor. Dalam waktu 30 menit Najma selesai mandi, berpakaian dan makan lalu langsung mempersiapkan sepeda motornya yang ia gunakan untuk menuju ke kantor tiap hari. Dengan menambah kecepatan yang tidak biasa dari pagi sebelumnya ia mengendarai sepeda motornya di tengah jalan raya yang mulai memadat. Tetapi sangat disayangkan, walaupun sudah menambah kecepatan tetap saja Najma telat meeting yang telah dimajukan jamnya karena bosnya yang akan pergi ke luar kota. Sedangkan meeting pagi ini adalah meeting yang penting bagi dia.
“Tok.. tok.. tok…” suara pintu diketuk.
“Pagi pak, maaf apakah boleh saya ikut bergabung?” Tanya Najma pada bosnya yang tengah memimpin meeting.
“Silahkan masuk.” Jawab bosnya dari dalam ruang meeting.
Najma pun langsung masuk dan menuju kursinya.
Baru saja Najma duduk bosnya berkata lagi.
“Oh iya tapi maaf project yang kamu ajukan itu harus saya gantikan ke Herman sebagai ketua project dan kamu masuk sebagai anggota tim project yang telah direncanakan”
“Tapi pak…, Saya hanya terlambat sebentar ke meeting ini.” sanggah Najma pada ucapan bosnya.
“Bukan masalah terlambat sebentar atau lama, namun bagaimana profesionalisme kamu. Orang profesional harus disiplin waktu dan kinerja. Jangan sampai lengah dan terlalu santai dengan keadaan. Kami semua yang kerja di kantor ini adalah tenaga professional dan selalu konsisten dengan keadaan apapun. Jadi apabila kamu tidak bisa menangani project ini secara professional mengapa harus saya pertahankan kamu sebagai ketua tim project ini, sedangkan ada temanmu yang memberi ide menarik dan berdedikasi tinggi untuk project ini.” Jawab bos Najma dengan bijaksana.
“Terlebih lagi ini adalah project besar yang tak boleh disepelekan begitu saja. Masih beruntung kamu tetap bisa bergabung dengan project ini walaupun kamu terlambat meeting dan bisa menjadi anggota tim project ini” sambung bosnya.
Mendengar ucapan itu Najma terdiam dengan penuh penyesalan dengan menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Selesai meeting semua anggota tim kembali ke meja kerjanya masing-masing untuk memulai pekerjaan perdananya dalam project itu. Fira yang merupakan teman dekat Najma di kantor pun menanyakan perihal sebabnya ia terlambat ke kantor sampai harus kehilangan posisi ketua project.
“Kamu kenapa ma, kok bisa terlambat datang meeting penting pagi ini?” tanya Fira ke Najma.
“Iya aku salah dan teledor, semalam aku begadang nonton TV hingga bangun kesiangan walaupun alarm berbunyi mungkin aku gak mendengar sampai pukul 6 dan lupa dengan meeting penting ini.” jawab Najma dengan penuh penyesalan nadanya.
“Padahal seandainya aku bisa on time, Pasti aku yang akan menjadi ketua tim project ini. Tapi… sudahlah.” Jawab Najma dengan sedih
“Oalah lain kali cobalah untuk lebih memprioritaskan sesuatu yang penting dan yang utama untukmu. Seperti kata bos kita, lebih profesional dalam kerja. Tapi kamu harus tetap bersyukur karena masih diizinkan bos untuk masuk dalam tim project ini. Tidak masalah walaupun jadi anggota. Yang penting kita tetap profesional dalam kerja pasti project ini sukses dan kita sebagai anggota tim ikut senang juga” Sahut Fira menasehati temannya yang tengah dirundung rasa menyesal itu.
“Iya. untung bos masih membolehkan aku menjadi anggota tim project ini. Aku janji Fir, akan kerja profesional biar project ini sukses.” Jawab Najma lebih semangat dari sebelumnya.
“Lha itu… Baru dinamakan orang yang profesional dalam berfikir tidak hanya mikir bersaing tapi memikirkan kemajuan demi kepentingan bersama. Mantap kamu Najma.” sambil menepuk bahu Najma, Firda memberi semangat dan pergi meninggalkan Najma untuk mengambil segelas minuman segar.
Najma pun tersenyum penuh semangat dan berjanji dalam dirinya sendiri tidak akan teledor dan lebih profesional dalam kehidupannya.